Selasa, Desember 29, 2009

Kerendahan Hati (Bagian 1)

Tanggal 26-30 Desember 2009, penulis bersama Kepala SD Wonosari I, Bapak Drs. Janurisman, dan Ibu Parni, S.Pd, mengikuti Pelatihan Program Penjaminan Mutu Pendidikan Bagi Guru, di sebuah hotel, di wilayah Umbulharjo, Yogyakarta yang dilaksanakan oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Daerah Istimewa Yogyakarta. Kalau saya bercerita tentang jalannya pelatihan tersebut tentu bukanlah sesuatu yang istimewa bagi pembaca, pelatihan bagi guru adalah hal yang sangat biasa. Namun ada sesuatu yang menjadi istimewa dengan adanya sebuah kejadian kecil berikut.

Mungkin karena bersamaan dengan waktu liburan, hotel penuh oleh pengunjung yang menginap. Ditambah dengan datangnya rombongan Darma Wisata, salah satu SMP dari Ciamis, Jawa Barat, sebanyak 6 bis. Suatu sore, hari ke-2 menjelang sesi malam, ketika para peserta dengan mengenakan baju batik telah bersiap-siap menuju ruang pelatihan, seorang peserta pelatihan tiba-tiba didatangi oleh salah seorang Ibu guru SMP dari Ciamis.

“Pak, ada 3 murid saya yang tidak makan nasi”, tanpa basa-basi Ibu Guru tadi langsung mencuahkan keluhannya. Mungkin dalam pikirannnya peserta pelatihan tadi adalah petugas hotel. Jawaban apa yang akan diberikan oleh peserta pelatihan terhadap keluhan Ibu guru tadi. Mungkin dalam pikiran pembaca akan sama dengan pikiran saya. Saat itu yang terlintas dalam pikiran saya, peserta pelatihan akan menjawab, “Maaf bu, saya tidak tahu”, atau “Maaf bu saya bukan petugas hotel”, atau bahkan dengan bahasa yang lebih halus peserta tadi akan menjawab, “Mohon maaf Bu karena saya bukan petugas hotel, Ibu bisa bertanya ke resepsionis yang berada di sebelah sana, Bu”

Apa yang saya pikirkan ternyata meleset 100%, peserta pelatihan tersebut dengan sangat sopan menjawab.

“Iya, bu, ada yang bisa saya bantu?”

“Begini pak, ada 3 murid saya yang tidak makan nasi”.

“O ya Bu, terima kasih, lantas apakah mereka terbiasa makan mie, kentang, atau makanan lain?”

“Semua bisa pak asal bukan nasi”, lanjut Ibu guru.

“Baik bu, nanti saya sampaikan ke menejemen hotel keluhan ibu ini, ada lagi yang bisa saya bantu bu?”

“Saya kira cukup Pak, terima kasih Pak”.

Percakapan itu usai sudah, dan peserta pelatihan bergegas menuju resepsionis, untuk menyampaikan keluhan “salah alamat” tadi. Ketika Sang Ibu Guru mengetahui bahwa dia salah menyampaikan keluhan, mendadak wajahnya memerah menahan malu.

Apa yang bisa dipetik dalam peristiwa kecil di atas?

Barangkali dalam kondisi normal dan spontan, apabila kita mengalami peristiwa di atas, akan melakukan ucapan berikut “Mohon maaf Bu, saya bukan petugas hotel” atau kalimat senada lainnya. Namun yang ditampilkan oleh peserta pelatihan yang rela “berpura-pura” sebagai petugas hotel dan melayani keluhan Ibu Guru merupakan cerminan kedewasaan diri yang tinggi. Beliau mampu menekan egonya dan menempatkan diri untuk menutupi rasa malu dan memenuhi keluhan Bu Guru.


Dapatkah anda melakukan hal ini? Pasti bisa!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar