Rabu, Agustus 10, 2011

Sepeda motorku terjual : Dilema untuk anakku

Mas Ibnu, pada pagi ini Bapak akan memberitahukan sesuatu yang mungkin saja membuatmu kurang berkenan. Sebenarnya hal ini sudah sangat lama kami rencanakan, hanya saja kesepakatannya baru saja Bapak terima melalui SMS.

Hal yang ingin Bapak katakan adalah : Motor Suzuki SMASH kita akan dibeli oleh teman Bapak yang bernama Pak Yuwono. Kesepakatan akan menjual terjadi sejak Bulan April lalu, tapi pak Yuwono baru akan membayar nanti siang.Hal ini kami lakukan mumpung Pak Yuwono berani membayar agak mahal.

Saya yakin kabar ini pasti tidak mengenakkan hati Mas Ibnu, namun terpaksa Bapak harus memberitahukannya.

Bapak dan Ibu bukan berarti kekurangan uang, atau sangat membutuhkan uang, tetapi hanya memanfaatkan momentum saja, mumpung ada yang berani membeli motor SMASH dengan harga yang agak lumayan.

Alasan lainnya, Bapak berencana berangkat kerja dengan menggunakan sepeda. Sepeda???? Mungkin Mas Ibnu kaget mendengarnya. Ya, Bapak akan berangkat kerja dengan menggunakan sepeda dengan tujuan biar badan sehat dan menyadari supaya tidak sombong karena keluarga kita sudah ada peningkatan.


Mas Ibnu bisa belajar memahirkan naik motor dengan motornya Umi. Oke Mas Ibnu, itu yang akan Bapak katakan. semoga Mas Ibnu bisa memahaminya. Ada banyak salah kata yang kurang berkenan Bapak mohon maaf.


Itulah pesan lengkap yang saya kirimkan ke akun FB anakku, Mas Ibnu Qusyairi, yang saat ini memang berjauhan dengan kami. Dia menuntut ilmu di kota Yogyakarta, sedangkan kami di Gunungkidul.
Pesan itu perlu saya tuliskan, karena akhir-akhir ini Mas Ibnu, anak pertama kami, yang baru duduk di kelas 3 SMP, baru semangat-semangatnya belajar naik motor. Memang saya dan istri saya melarang Mas Ibnu belajar naik motor, sebelum umur 15 tahun, karena emosinya belum stabil.
Nah, pada saat liburan semester kemarin, dia memohon izin akan belajar naik sepeda motor, dan kami mengizinkannya. Luaaaar biasa, hanya belajar selama 1/2 hari, dia sudah mampu mengendarai motor. Bahkan ketika bangun dari tidur siang, Mas Ibnu bertanya pada uminya, apakah tidak sedang bermimpi bahwa sekarang sudah bisa mengendarai motor?
Betapa bahagianya dia, kami dapat melihatnya di raut wajahnya yang polos.

Mendadak siang itu, teman mengirim SMS akan membayar pembelian motor yang telah kami bicarakan 4 bulan lalu. Artinya, mau tidak mau sepeda motorku yang "kebetulan" disukai oleh Mas Ibnu akan segera beralih tangan. Padahal kami belum pernah membicarakan hal ini pada anak-anak kami. Ya Alloh, rasanya hati ini teriris-iris bila membayangkan, Mas Ibnu pulang dari asrama dan bertanya : "Pak, di mana motor SMASH-nya, saya mau latihan....."

1 komentar: